BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Alam semesta
terdiri atas banyak sekali gugusan
bintang. salah satu gugusan bintang itu adalah Bimasakti atau Milky
Way. Matahari adalah salah satu bintangnya. Matahari menjadi pusat tata surta.
Jagat raya merupakan
ruang yang luas dan segala zat serta energi yang ada didalamnya. Sejarah jagat
raya dimulai pertama kali ketika manusia mengenal ilmu perbintangan. Sejak
zaman dahulu manusia berusaha ingin tahu tentang jagat raya baik mengenai ukuran,
bentuk, isi, sifat, maupun jarak benda-benda langit yang satu dengan yang
lainnya. Dari inilah muncul ilmu astronomi yaitu ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang benda-benda angkasa.
B.
Rumusan Masalah
1.
Pengertian tata surya
2.
Bagaimana asal-usul terbentuknya tata surya
3.
Bagaimana struktur tata surya
C.
Tujuan Penulisan
1.
Mengetahui pengertian tata surya
2.
Mengetahui asal-usul terbentuknya tata surya
3.
Mengetahui struktur tata surya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Tata Surya adalah kumpulan benda langit yang terdiri
atas sebuah bintang yang disebut Matahari dan semua objek yang terikat oleh
gaya gravitasinya.
B. Asal-usul tata surya
Banyak
hipotesis tentang asal usul Tata Surya telah dikemukakan para ahli, beberapa di
antaranya adalah:
1. Hipotesis Nebula
Hipotesis nebula pertama kali dikemukakan oleh Emanuel Swedenborg (1688-1772) tahun 1734 dan disempurnakan oleh Immanuel Kant (1724-1804) pada tahun 1775. Hipotesis serupa juga dikembangkan oleh Pierre Marquis de Laplace secara independen pada tahun 1796. Hipotesis ini, yang lebih dikenal dengan Hipotesis
Nebula Kant-Laplace, menyebutkan bahwa pada tahap awal, Tata Surya masih berupa
kabut raksasa. Kabut ini terbentuk dari debu, es, dan gas yang disebut nebula, dan unsur gas yang sebagian besar hidrogen. Gaya gravitasi yang dimilikinya menyebabkan kabut
itu menyusut dan berputar dengan arah tertentu, suhu kabut memanas, dan
akhirnya menjadi bintang raksasa (matahari). Matahari raksasa terus menyusut
dan berputar semakin cepat, dan cincin-cincin gas dan es terlontar ke
sekeliling Matahari. Akibat gaya gravitasi, gas-gas tersebut memadat seiring dengan penurunan
suhunya dan membentuk planet dalam dan planet luar. Laplace berpendapat bahwa orbit berbentuk hampir
melingkar dari planet-planet merupakan konsekuensi dari pembentukan mereka.
2. Hipotesis Planetisimal
Hipotesis planetisimal pertama kali dikemukakan oleh Thomas C. Chamberlin
dan Forest R. Moulton
pada tahun 1900. Hipotesis planetisimal mengatakan bahwa Tata Surya
kita terbentuk akibat adanya bintang lain yang lewat cukup dekat dengan
Matahari, pada masa awal pembentukan Matahari. Kedekatan tersebut menyebabkan
terjadinya tonjolan pada permukaan Matahari, dan bersama proses internal
Matahari, menarik materi berulang kali dari Matahari. Efek gravitasi bintang
mengakibatkan terbentuknya dua lengan spiral yang memanjang dari Matahari.
Sementara sebagian besar materi tertarik kembali, sebagian lain akan tetap di
orbit, mendingin dan memadat, dan menjadi benda-benda berukuran kecil yang
mereka sebut planetisimal dan beberapa yang
besar sebagai protoplanet. Objek-objek
tersebut bertabrakan dari waktu ke waktu dan membentuk planet dan bulan,
sementara sisa-sisa materi lainnya menjadi komet dan asteroid.
3. Hipotesis Pasang Surut Bintang
Hipotesis pasang surut bintang pertama kali
dikemukakan oleh James Jeans pada tahun 1917. Planet dianggap terbentuk karena mendekatnya bintang
lain kepada Matahari. Keadaan yang hampir bertabrakan menyebabkan tertariknya
sejumlah besar materi dari Matahari dan bintang lain tersebut oleh gaya pasang surut bersama mereka, yang kemudian terkondensasi menjadi
planet. Namun astronom Harold
Jeffreys tahun 1929 membantah bahwa
tabrakan yang sedemikian itu hampir tidak mungkin terjadi. Demikian pula
astronom Henry Norris Russell
mengemukakan keberatannya atas hipotesis tersebut.
4. Hipotesis Kondensasi
Hipotesis kondensasi mulanya dikemukakan oleh astronom
Belanda yang bernama G.P. Kuiper (1905-1973) pada tahun 1950. Hipotesis kondensasi menjelaskan bahwa Tata Surya
terbentuk dari bola kabut raksasa yang berputar membentuk cakram raksasa.
5. Hipotesis Bintang Kembar
Hipotesis bintang kembar awalnya dikemukakan oleh Fred Hoyle (1915-2001) pada tahun 1956. Hipotesis mengemukakan bahwa dahulunya Tata Surya kita
berupa dua bintang yang hampir sama ukurannya dan berdekatan yang salah satunya
meledak meninggalkan serpihan-serpihan kecil. Serpihan itu terperangkap oleh
gravitasi bintang yang tidak meledak dan mulai mengelilinginya.
C. Struktur
Tata Surya
Matahari adalah bintang induk Tata Surya dan merupakan
komponen utama sistem Tata Surya ini. Bintang ini berukuran 332.830 massa bumi. Massa yang besar ini menyebabkan kepadatan inti yang
cukup besar untuk bisa mendukung kesinambungan fusi nuklir dan menyemburkan sejumlah energi yang dahsyat.
Kebanyakan energi ini dipancarkan ke luar angkasa dalam bentuk radiasi
eletromagnetik, termasuk spektrum optik.
Dipercayai bahwa posisi Matahari pada deret utama
secara umum merupakan "puncak hidup" dari sebuah bintang, karena
belum habisnya hidrogen yang tersimpan untuk fusi nuklir. Saat ini Matahari
tumbuh semakin cemerlang. Pada awal kehidupannya, tingkat kecemerlangannya
adalah sekitar 70 persen dari kecermelangan sekarang.
Matahari secara metalisitas dikategorikan sebagai bintang "populasi I".
Bintang kategori ini terbentuk lebih akhir pada tingkat evolusi alam semesta, sehingga mengandung lebih banyak unsur yang lebih
berat daripada hidrogen dan helium ("metal" dalam sebutan astronomi)
dibandingkan dengan bintang "populasi II". Unsur-unsur yang lebih
berat daripada hidrogen dan helium terbentuk di dalam inti bintang purba yang kemudian
meledak. Bintang-bintang generasi pertama perlu punah terlebih dahulu sebelum
alam semesta dapat dipenuhi oleh unsur-unsur yang lebih berat ini.
Bintang-bintang tertua mengandung sangat sedikit
metal, sedangkan bintang baru mempunyai kandungan metal yang lebih tinggi.
Tingkat metalitas yang tinggi ini diperkirakan mempunyai pengaruh penting pada
pembentukan sistem Tata Surya, karena terbentuknya planet adalah hasil
penggumpalan metal.
2. Planet-planet bagian dalam
Empat planet bagian dalam atau planet kebumian (terrestrial planet) memiliki
komposisi batuan yang padat, hampir tidak mempunyai atau tidak mempunyai
satelit dan tidak mempunyai sistem cincin. Komposisi Planet-planet ini terutama
adalah mineral bertitik leleh tinggi, seperti silikat yang membentuk kerak dan
selubung, dan logam seperti besi dan nikel yang membentuk intinya. Tiga dari
empat planet ini (Venus, Bumi dan Mars) memiliki atmosfer, semuanya memiliki kawah meteor dan sifat-sifat
permukaan tektonis seperti gunung berapi dan lembah pecahan. Planet yang
letaknya di antara Matahari dan bumi (Merkurius dan Venus) disebut juga planet inferior.
a. Merkurius
Merkurius (0,4 SA dari Matahari) adalah planet terdekat dari
Matahari serta juga terkecil (0,055 massa bumi). Merkurius tidak memiliki
satelit alami dan ciri geologisnya di samping kawah meteorid yang diketahui
adalah lobed ridges atau rupes, kemungkinan terjadi karena
pengerutan pada perioda awal sejarahnya. Atmosfer Merkurius yang hampir bisa
diabaikan terdiri dari atom-atom yang terlepas dari permukaannya karena
semburan angin surya. Besarnya inti besi dan tipisnya kerak Merkurius masih
belum bisa dapat diterangkan. Menurut dugaan hipotesa lapisan luar planet ini
terlepas setelah terjadi tabrakan raksasa, dan perkembangan
("akresi") penuhnya terhambat oleh energi awal Matahari.
b. Venus
Venus (0,7 SA dari Matahari) berukuran mirip bumi (0,815 massa bumi). Dan
seperti bumi, planet ini memiliki selimut kulit silikat yang tebal dan berinti besi,
atmosfernya juga tebal dan memiliki aktivitas geologi. Akan tetapi planet ini
lebih kering dari bumi dan atmosfernya sembilan kali lebih padat dari bumi.
Venus tidak memiliki satelit. Venus adalah planet terpanas dengan suhu
permukaan mencapai 400 °C, kemungkinan besar disebabkan jumlah gas rumah kaca
yang terkandung di dalam atmosfer. Sejauh ini aktivitas geologis Venus belum
dideteksi, tetapi karena planet ini tidak memiliki medan magnet yang bisa
mencegah habisnya atmosfer, diduga sumber atmosfer Venus berasal dari gunung
berapi.
c. Bumi
Bumi (1 SA dari Matahari) adalah planet bagian dalam yang terbesar dan
terpadat, satu-satunya yang diketahui memiliki aktivitas geologi dan
satu-satunya planet yang diketahui memiliki mahluk hidup. Hidrosfer-nya yang
cair adalah khas di antara planet-planet kebumian dan juga merupakan
satu-satunya planet yang diamati memiliki lempeng tektonik. Atmosfer bumi
sangat berbeda dibandingkan planet-planet lainnya, karena dipengaruhi oleh
keberadaan mahluk hidup yang menghasilkan 21% oksigen. Bumi memiliki satu satelit, bulan, satu-satunya satelit besar dari planet kebumian di dalam Tata Surya.
d. Mars
Mars (1,5 SA dari Matahari) berukuran lebih kecil dari bumi dan Venus (0,107
massa bumi). Planet ini memiliki atmosfer tipis yang kandungan utamanya adalah karbon dioksida. Permukaan Mars yang dipenuhi gunung berapi
raksasa seperti Olympus Mons dan lembah retakan seperti Valles marineris, menunjukan aktivitas geologis yang terus
terjadi sampai baru belakangan ini. Warna merahnya berasal dari warna karat
tanahnya yang kaya besi. Mars mempunyai dua satelit alami kecil (Deimos dan Phobos) yang diduga merupakan asteroid yang terjebak gravitasi Mars.
Asteroid secara umum adalah objek Tata Surya yang terdiri dari
batuan dan mineral logam beku. Sabuk
asteroid utama terletak di antara orbit Mars dan Yupiter, berjarak antara 2,3 dan 3,3 SA dari matahari, diduga merupakan sisa dari bahan formasi Tata Surya
yang gagal menggumpal karena pengaruh gravitasi Yupiter. Gradasi ukuran
asteroid adalah ratusan kilometer sampai mikroskopis. Semua asteroid, kecuali Ceres yang terbesar, diklasifikasikan sebagai benda kecil Tata Surya.
Beberapa asteroid seperti Vesta dan Hygiea mungkin akan diklasifikasi sebagai planet kerdil jika terbukti telah mencapai kesetimbangan
hidrostatik. Sabuk asteroid
terdiri dari beribu-ribu, mungkin jutaan objek yang berdiameter satu kilometer.[38] Meskipun demikian, massa total dari sabuk utama ini
tidaklah lebih dari seperseribu massa bumi.[39] Sabuk utama tidaklah rapat, kapal ruang angkasa
secara rutin menerobos daerah ini tanpa mengalami kecelakaan. Asteroid yang
berdiameter antara 10 dan 10−4 m disebut meteorid.
4.
Ceres (2,77 SA) adalah benda terbesar di sabuk asteroid dan diklasifikasikan
sebagai planet kerdil. Diameternya adalah sedikit kurang dari 1000 km,
cukup besar untuk memiliki gravitasi sendiri untuk menggumpal membentuk
bundaran. Ceres dianggap sebagai planet ketika ditemukan pada abad ke 19,
tetapi di-reklasifikasi menjadi asteroid pada tahun 1850an setelah observasi
lebih lanjut menemukan beberapa asteroid lagi. Ceres direklasifikasi lanjut
pada tahun 2006 sebagai planet kerdil.
5. Planet-planet luar
Keempat planet luar, yang
disebut juga planet raksasa gas (gas giant), atau planet jovian, secara keseluruhan mencakup 99 persen
massa yang mengorbit Matahari. Yupiter dan Saturnus sebagian besar mengandung hidrogen dan helium; Uranus dan Neptunus memiliki proporsi es yang lebih
besar. Para astronom mengusulkan bahwa keduanya dikategorikan sendiri sebagai
raksasa es. Keempat raksasa gas ini semuanya memiliki cincin, meski hanya
sistem cincin Saturnus yang dapat dilihat dengan mudah dari bumi.
a. Yupiter
Yupiter (5,2 SA), dengan 318 kali massa bumi, adalah 2,5 kali
massa dari gabungan seluruh planet lainnya. Kandungan utamanya adalah hidrogen dan helium. Sumber panas di dalam Yupiter menyebabkan timbulnya beberapa ciri
semi-permanen pada atmosfernya, sebagai contoh pita pita awan dan Bintik
Merah Raksasa.
Sejauh yang diketahui Yupiter memiliki 63 satelit. Empat yang terbesar, Ganymede, Callisto, Io, dan Europa menampakan kemiripan dengan planet kebumian,
seperti gunung berapi dan inti yang panas. Ganymede, yang merupakan satelit
terbesar di Tata Surya, berukuran lebih besar dari Merkurius.
b. Saturnus
Saturnus (9,5 SA) yang dikenal dengan sistem cincinnya, memiliki
beberapa kesamaan dengan Yupiter, sebagai contoh komposisi atmosfernya.
Meskipun Saturnus hanya sebesar 60% volume Yupiter, planet ini hanya seberat
kurang dari sepertiga Yupiter atau 95 kali massa bumi, membuat planet ini
sebuah planet yang paling tidak padat di Tata Surya. Saturnus memiliki 60
satelit yang diketahui sejauh ini (dan 3 yang belum dipastikan) dua di
antaranya Titan dan Enceladus, menunjukan activitas geologis, meski hampir
terdiri hanya dari es saja. Titan berukuran lebih besar dari Merkurius dan merupakan satu-satunya satelit di Tata Surya yang
memiliki atmosfer yang cukup berarti.
c. Uranus
Uranus (19,6 SA) yang memiliki 14 kali massa bumi, adalah planet yang paling
ringan di antara planet-planet luar. Planet ini memiliki kelainan ciri orbit.
Uranus mengedari Matahari dengan bujkuran poros 90 derajat pada ekliptika. Planet ini memiliki inti yang sangat dingin
dibandingkan gas raksasa lainnya dan hanya sedikit memancarkan energi panas.
Uranus memiliki 27 satelit yang diketahui, yang terbesar adalah Titania,
Oberon, Umbriel, Ariel dan Miranda.
d. Neptunus
Neptunus (30 SA) meskipun sedikit lebih kecil dari Uranus,
memiliki 17 kali massa bumi, sehingga membuatnya lebih padat. Planet ini
memancarkan panas dari dalam tetapi tidak sebanyak Yupiter atau Saturnus.
Neptunus memiliki 13 satelit yang diketahui. Yang terbesar, Triton, geologinya aktif, dan memiliki geyser nitrogen cair. Triton adalah
satu-satunya satelit besar yang orbitnya terbalik arah (retrogade).
Neptunus juga didampingi beberapa planet minor pada orbitnya, yang disebut
Trojan Neptunus. Benda-benda ini memiliki resonansi 1:1 dengan Neptunus.
Komet adalah badan Tata Surya kecil, biasanya hanya
berukuran beberapa kilometer, dan terbuat dari es volatil. Badan-badan ini memiliki
eksentrisitas orbit tinggi, secara umum perihelion-nya
terletak di planet-planet bagian dalam dan letak aphelion-nya
lebih jauh dari Pluto. Saat sebuah komet memasuki Tata Surya bagian dalam, dekatnya jarak
dari Matahari menyebabkan permukaan esnya bersumblimasi dan berionisasi, yang
menghasilkan koma, ekor gas dan debu panjang, yang sering dapat dilihat dengan
mata telanjang.
Komet berperioda pendek memiliki kelangsungan orbit
kurang dari dua ratus tahun. Sedangkan komet berperioda panjang memiliki orbit
yang berlangsung ribuan tahun. Komet berperioda pendek dipercaya berasal dari Sabuk Kuiper,
sedangkan komet berperioda panjang, seperti Hale-bopp, berasal dari Awan Oort.
Banyak kelompok komet, seperti Kreutz
Sungrazers, terbentuk
dari pecahan sebuah induk tunggal. Sebagian komet berorbit hiperbolik mungking
berasal dari luar Tata Surya, tetapi menentukan jalur orbitnya secara pasti
sangatlah sulit. Komet tua yang bahan volatilesnya telah habis karena panas
Matahari sering dikategorikan sebagai asteroid.
BAB
III
PENUTUP
A.
SIMPULAN
Ada
beberapa hipotesis yang menyatakan asal-usul Tata Surya yang telah dikemukakan
oleh beberapa ahli, yaitu Hipotesis Nebula, Hipotesis Planetisimal, Hipotesis
Pasang Surut Bintang, Hipotesis Kondensasi, dan Hipotesis Bintang Kembar. Tata
surya adalah kumpulan benda langit yang terdiri atas sebuah bintang yang
disebut Matahari dan semua objek yang terikat oleh gaya gravitasinya.
Objek-objek tersebut termasuk delapan buah planet yang sudah diketahui dengan
orbit berbentuk elips, lima planet kerdil atau katai, 173 satelit alami yang telah
diidentifikasi, dan jutaan benda langit (meteor, asteroid, komet) lainnya. Tata
Surya terbagi menjadi Matahari, empat planet bagian dalam, sabuk asteroid,
empat planet bagian luar, dan di bagian terluar ada Sabuk Kuiper dan Piringan
Tersebar. ari uraian diatas dapat diambil simpulan bahwa alam semesta mencakup
keseluruhan benda-benda alam yang terdiri dari galaxy, bintang- bintang,
matahari, planet-planet, nabula dan satelit-satelit. Yang dimana asal muasal
benda alam itu sudah dinyatakan kebenarannya melalui penelitian para ahli.
B.
SARAN
Hendaknya
kita sebagai manusia harus bisa menjaga baik-baik segala sesuatu yang telah
tercipta (alam semesta beserta isinya). Dan kita harus terus mengikuti
perkembangan ilmu-ilmu karena setiap ilmu bisa berubah seiring dengan
perkembangan zaman.
DAFTAR PUSTAKA
Siswanto, Joko. 2009. Ilmu Alamiah
Dasar. Semarang: IKIP PRESS.
http://id.wikipedia.org/wiki/Tata_Surya. Diakses pada 22 Oktober 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar