Selasa, 23 April 2013

ASESMENT KINERJA




Asesmen kinerja yaitu penilaian terhadap proses perolehan penerapan pengetahuan dan keterampilan melalui proses pembelajaran yang menunjukkan kemampuan siswa dalam proses dan produk. Asesmen kinerja pada prinsipnya lebih ditekankan pada proses keterampilan dan kecakapan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Asesmen ini sangat cocok digunakan untuk menggambarkan proses, kegiatan, atau unjuk kerja. Penilaian unjuk kerja adalah penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi.
            Asesmen ini melibatkan aktivitas siswa yang membutuhkan unjuk keterampilan tertentu dan atau penciptaan hasil yang telah ditentukan. Karena itu metodologi asesmen ini memberi peluang kepada guru untuk menilai pencapaian berbagai hasil pendidikan yang sebenarnya tidak dapat dijabarkan dalam tes tertulis. Melalui metodologi ini, asesmen kinerja memungkinkan guru mengamati siswa saat siswa sedang bekerja atau melakukan tugas belajar, atau guru dapat menguji hasil-hasil yang dapat dicapai, serta menilai (judge) tingkat penguasaan/kecakapan yang dicapai siswa.
            Asesmen kinerja tidak hanya bergantung pada jawaban yang benar atau salah. Sebagaimana halnya dengan asesmen bentuk essay, observasi yang dilakukan oleh guru dalam rangka melakukan pertimbangan-pertimbangan subyektif dengan level prestasi yang dicapai siswa. Evaluasi ini didasarkan pada perbandingan kinerja siswa dalam mencapai standar excellent (keunggulan prestasi) yang telah dicapai sebelumnya. Sebagaimana tes essay, pertimbangan guru digunakan sebagai dasar penempatan kinerja siswa pada suatu kesatuan atau kontinum tingkatan-tingkatan prestasi yang terentang mulai dari tingkatan yang sangat rendah sampai tingkatan yang sangat tinggi.
            Hal-hal yang harus kita pahami tentang asesmen kerja adalah kita mendesain dan mengembangkan asesmen kerja untuk digunakan kelak dikelas kita sendiri. Asesmen ini semata-mata merupakan alat yang diberikan cara-cara yang efesien dan efektif untuk menilai beberapa (bukan keseluruhan) hasil-hasil dari proses pendidikan yang dipandang berguna.
            Berdasarkan cara melakasanakan asesmen kinerja, dapat dikelompokkan menjadi:
o   Asesmen kinerja klasikan digunakan untuk mengakses kinerja siswa secara keseluruhan dalam suatu kelas keseluruhan
o   Asesmen kinerja kelompok untuk mengakses kinerja siswa secara berkelompok
o   Asesmen kinerja individu untuk mengakses kinerja siswa secara individu

Ada tiga fase penting dalam membuat perencanaan asesmen kinerja, yaitu:
·           Fase 1: mengidentifikasikan kerja. Pada tahap ini ditentukan jenis apa yang ingin dinilai
·           Fase 2: mendesain latihan-latihan kinerja. Setelah kinerja yang akan dinilai ditentukan tahap berikutnya adalah menyediakan pembelajaran yang memungkinkan aspek kinerja yang akan dinilai dapat muncul
·           Fase 3: melakukan penskoran dan perekaman/pencatatan hasil
Asesmen kinerja bersifat lugas (fleksibelitas) dalam pengembangan bagian-bagiannya, tetapi ada beberapa yang perlu diperhatikan yaitu ketika meninjau faktor-faktor konteks dalam rangka pengambilan keputusan tentang kapan mengadopsi metoda-metoda assesmen kinerja. Pada dasarnya faktor-faktor utama yang dipertimbangkan dalam proses seleksi assesmen sesuai dengan sasaran prestasi untuk siswa dan juga assesmen kinerja.
Dalam klasifikasi kinerja, pemakai bebas memilih dari suatu rentangan sasaran prestasi yang mungkin, dan asesmen kinerja dapat difokuskan pada sasaran-sasaran khusus dengan mengambil tiga keputusan desain: merumuskan jenis kinerja yang dinilai, mengidentifikasi siapa yang akan dinilai, dan menetapkan kriteria kinerja.
Kegiatan dalam komponen pengembangan latihan harus dipikirkan hal-hal yang menyebabkan siswa melakukan perbuatan tertentu yang dapat merefleksikan tingkat penguasaan/kecakapan/prestasi yang dicapai. Karena itu, dalam hal ini harus dipertimbangkan hakekat latihan, banyaknya latihan yang dibutuhkan, dan petunjuk-petunjuk aktual bagi siswa untuk melakukan latihan tersebut.
Dalam hal penskoran, sebaiknya dilakukan oleh lebih dari satu orang agar faktor subjektivitas dapat diperkecil dan hasilnya lebih akurat. Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (ya-tidak) atau skala rentang (sangat baik-baik-agak baik-tidak baik).
Pada penilaian unjuk kerja yang menggunakan daftar cek, siswa mendapat nilai apabila kriteria penguasaan kemampuan tertentu dapat diamati oleh penilai. Jika tidak dapat diamati, siswa tidak memperoleh nilai. Kelemahan cara ini adalah penilai hanya memiliki dua pilihan mutlak, misalnya benar-benar salah, dapat diamati-tidak dapat diamati. Dengan demikian nilai tengah tidak ada. Penilaian unjuk kerja menggunakan skala rentang memungkinkan penilai memberi nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu karena pemberian nilai secara kontinuum dimana pilihan kategori nilai lebih dari dua.

Sumber:
Widodo Ari, dkk. 2007. Pendidikan IPA di SD. Bandung:UPI PRESS.

Senin, 22 April 2013

ALAT PERAGA DAN MEDIA PEMBELAJARAN




A.    ALAT PERAGA
1.       Pengertian alat peraga
Alat peraga adalah suatu alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga dengan tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar siswa lebih efektif dan efisien (Sudjana, 2002 :59 ).

2.      Jenis-jenis alat peraga
a.       Gambar
b.      Peta
c.       Papan tulis
d.      Boneka jari
3.      Kelebihan dan kelemahan alat peraga
a.       Kelebihan menggunakan alat peraga
·         Menumbuhkan minat belajar siswa karena pelajaran menjadi lebih menarik
·         Memperjelas makna bahan pelajaran sehingga siswa lebih mudah memahaminya
·         Metode mengajar lebih bervariasi sehingga siswa tidak  mudah bosan 
·         Membuat lebih aktif melakukan kegiatan belajar seperti mengamati, melakukan,  mendemonstrasikan dan sebagainya.

b.      Kelemahan menggunakan alat peraga
·         Lebih banyak menuntut guru
·         Membutuhkan persiapan yang matang
·         Membutuhkan dana

B.     MEDIA PEMBELAJARAN
1.         Pengertian media
Kata “media” berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang secara harfiah berarti “perantara atau pengantar”. Dengan demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan.
     Secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda, atau pun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan.
Media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur guna mencapai tujuan pengajaran.

2.         Media sebagai alat bantu
Sebagai alat bantu, media mempunyai fungsi melicinkan jalan menuju tercapainya tujuan pengajaran. Dengan belajar mengajar menggunakan bantuan media mempertinggi kegiatan belajar anak didik dalam tenggang waktu yang cukup lama. Akan tetapi penggunaan media sebagai alat bantu tidak bisa sembarangan, harus memperhatikan dan mempertimbangkan tujuan. Sehingga kompetensi guru juga patut diperhatikan.
                
3.         Media sebagai sumber belajar
Belajar mengajar adalah suatu proses yang mengolah sejumlah nilai untuk dikonsumsi oleh  setiap anak didik. Nilai-nilai itu tidak datang dengan sendirinya, tetapi terambil dari berbagai sumber. Sumber belajar yang sesungguhnya banyak sekali terdapat dimana-mana, bisa di sekolah, di rumah, di halaman, di pusat kota, di pedesaan, dan sebagainya. Udin Saripuddin dan Winataputra (199:65) mengelompokkan sumber belajar menjadi lima kategori, yaitu manusia, buku, media massa, alam lingkungan, dan media pendidikan. Karena itu, sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai tempat dimana bahan pengajaran untuk belajar seseorang.

4.         Macam-macam media
a.       Berdasarkan jenisnya media dibedakan menjadi :
·         Media auditif
Media auditif adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja seperti radio, cassete recorder
·         Media visual
Media visual adalah media yang mengandalkan indera penglihatan seperti film strip, slide, foto, gambar atau lukisan.
·         Media audiovisual
Media audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar seperti video

b.      Berdasarkan daya liputnya media dibedakan menjadi :
ü  Media dengan daya liput luas dan serentak
Contoh : radio dan televisi
ü  Media dengan daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat
Contoh : film, sound slide, film rangkai
ü  Media untuk pengajaran
Contoh : modul berprogram dan pengajaran melalui komputer

c.       Berdasarkan bahan pembuatannya media dibedakan menjadi :
o   Media sederhana
Media sederahana bahan dasarnya mudah diperoleh, harganya murah, cara pembuatannya mudah dan penggunaannya tidak sulit.
Contoh : gambar, diagram, grafik
o   Media kompleks
Media kompleks bahan dan pembuatannya sulit, harganya mahal, dan penggunaannya memerlukan keterampilan memadai.
Contoh : Diorama

5.        Prinsip-prinsip dan penggunaan media
a.       Tujuan pemilihan
Memilih media yang digunakan harus berdasarkan maksud dan tujuan yang jelas.
b.      Karakteristik media pengajaran
Setiap media pembelajaran memiliki karakteristik tertentu, baik dilihat dari segi keandalannya, cara pembuatannya, maupun cara penggunaannya. Pemahaman terhadap karakteristik berbagai media pembelajaran merupakan kemampuan dasar yang perlu dimiliki oleh guru.
c.       Alternatif pilihan
Dalam memilih media pembelajaran harus memperhatikan beberapa faktor berikut ini:
·         Rencana Pembelajaran
Media yang dipilih harus sesuai dengan rencana pembelajaran
·         Sasaran belajar
Media yang dipilih harus sesuai dengan tingkat perkembangan siswa
·         Tingkat keterbacaan media
Media pembelajaran sudah memenuhi syarat-syarat teknis, seperti kejelasan gambar dan hurufnya
·         Situasi dan kondisi
Situasi dan kondisi misalnya ruangan dan jumlah siswa dalam suatu kelas.
·         Objektivitas
Pemilihan media harus dihindari kesenangan pribadi guru, karena belum tentu media yang digunakan itu cocok untuk pembelajaran tersebut

6.        Dasar pertimbangan pemilihan dan penggunaan media
a.       Objektivitas
b.      Program pengajaran
c.       Sasaran program
d.      Situasi dan kondisi
e.       Kualitas teknik
f.       Keefektifan dan efisiensi penggunaan

Sumber:
Sudjana Nana dan Rivai Ahmad, 1991. Media Pengajaran, Bandung: Sinar Baru  Algensindo
Djamarah Bahri Syaiful Dan Zain Anwar. 2002.  Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta.
Hermawa Asep Herry. 2007. MediaPembelajaran Sekolah Dasar, Bandung: UPI PRESS

ASESMEN PORTOFOLIO




Asesmen portofolio merupakan asesmen otentik yang menggambarkan kemampuan belajar siswa dengan bukti-bukti yang diseleksi bersama oleh siswa dan guru. Bukti-bukti yang dikumpulkan dalam portofolio merupakan hasil seleksi bersama antar siswa dan guru yang dianggap karya terbaik dan berarti bagi siswa. Kumpulan karya siswa yang akan dikumpulakan sebagai dokumen portofolio terlebih dahulu direview oleh guru, sehingga bersama guru siswa dapat menentukan bukti-bukti nyata yang menggambarkan perkembangan dirinya. Contoh pekerjaan siswa ini memberikan dasar bagi pertimbangan kemajuan belajarnya dan dapat dikomunikasikan kepada siswa, orangtua serta pihak yang berkepentingan.
            Portofolio sebagai asesmen otentik dapat diguanakan untuk berbagai keperluan, yaitu mendokumentasikan kemajuan siswa selama kurun waktu tertentu, mengetahui bagian-bagian yang perlu diperbaiki, membangkitkan kepercayaan diri dan motivasi untuk belajar, mendorong tanggungjawab siswa untuk belajar.
            Keuntungan portofolio sebagai asesmen otentik yaitu:
1.      Kemajuan belajar siswa dapat terlihat jelas, misalnya serangkaian kumpulan jurnal dan laporan percobaan siswa dalam kurun waktu tertentu dapat memberikan gambaran mengenai kemajuan siswa dalam membuat laporan
2.      Menekankan pada hasil pekerjaan terbaik siswa dapat serta memberikan pengaruh positif dalam belajar. Seleksi karya terbaik siswa melibatkan siswa sehingga siswa merasa dihargai
3.      Membandingkan pekerjaan sekarang dengan yang lalu memberikan motivasi yang lebih besar daripada membandingkan dengan pekerjaan orang lain
4.      Siswa dilatih untuk menentukan karya terbaik
5.      Memberikan kesempatan kepada siswa bekerja sesuai dengan perbedaan individu
6.      Dapat menjadi alat komunikasi yang jelas tentang kemajuan belajar siswa kepada siswa itu sendiri, orangtua, serta pihak lain yang terkait.


Guru dapat mengumpulkan portofolio melalui berbagai cara dan harus disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai, tingkatan siswa, dan jenis kegiatan yang dilakukan.
Ada pun bentuk-bentuk asesmen portofolio diantaranya sebagai berikut:
1.      Catatan anekdotal, yaitu berupa lembaran khusus yang mencatat segala bentuk kejadian mengenai perilaku siswa. Khususnya selama berlangsungnya proses pembelajaran. Lembaran ini memuat identitas yang diamati, waktu pengamatan, dan lembar rekaman kejadiannya
2.      Ceklis atau daftar cek, yaitu daftar yang telah disusun berdasarkan tujuan perkembangan yang hendak dicapai siswa
3.      Skala penilaian yang mencatat isyarat kemajuan perkembangan siswa
4.      Respon-rspon siswa terhadap pertanyaan
5.      Tes skrining yang berguna untuk mengidentifikasi keterampilan siswa setelah pengajaran dilakukan, misalnya tes hasil belajar, PR, LKS, laporan kegiatan lapangan.

Terdapat tiga langkah dalam menerapkan portofolio yaitu:
1.      Tahap persiapan yang meliputi:
a.       Menentukan jenis portofolio yang akan dikembangkan
b.      Menentukan tujuan penyusunan portofolio
c.       Emilih kategori-kategori pekerjaan yang akan dimasukkan portofolio
d.      Meminta sswa untuk memilih tugas-tugas yang akan akan dimasukkan portofolio
e.       Guru mengembangkan rubrik untuk menyekor pekerjaan siswa. Rubrik merupakan kriteria penilaian yang menjadi patokan dalam menentukan kualitas portofolio. Rubrik dapat disepakati bersama oleh guru dan siswa.

2.      Mengatur portofolio
Portofolio diatur sesuai kesepakatan selama satu semester. Siswa harus diinformasikan bahwa semua tugas atau beberapa tugas tersebut akan dijadikan bukti portofolio. Tugas-tugas yang dijadikan dokumen harus sesuai tujuan portofolio kemudian ditata dan diorganisir sesuai dengan ciri khas pribadi masing-masing. Portofolio dapat disimpan dalam folder khusus untuk setiap siswa. Setiap bukti pekerjaan siswa yang masuk dan telah dipilih diberi tanggal.

3.      Pemberian nilai akhir portofolio
Bagian akhir yaitu menilai portofolio yang lengkap. Aspek yang dinilai meliputi isi portofolio dan kelengkapan portofolio, meliputi pemberian sampul nama pengembang dan perencana (siswa dan guru), daftar isi serta refleksi diri.

Sumber:
Widodo Ari, dkk. 2007. Pendidikan IPA di SD. Bandung:UPI PRESS.